Sabtu, 26 November 2011

masih durhaka kah kita kepadanya?


 Pada satu masa, terlihatlah seorang wanita tua dengan raut muka yg menyimpan sedih.  Meski jelas garis kesedihan dalam mukanya, tetap senyum lugas berusaha ia tunjukan. Beliau sedih bukan karena kehilangan, bukan karena tersakiti. Lantas apa yg membuat wanita renta ini sedih? Beliau sedih karena takut merepotkan anaknya di masa tuanya. Beliau takut menjadi beban anaknya. Itulah ibu.. Tulisan ini hanyalah sebuah proyeksi, ketika Ibu telah beranjak tua dan renta. Sungguh, mereka tak ingin membebani kita anak2nya. Padahal ibu berhak meminta itu.

9 bulan mengandung kita anaknya. Berat, pegal, sakit, nyeri, lelah, tapi anehnya mereka bahagia. Ketika melahirkan pun nyawa taruhannya, jiwa tak dipikirkannya, raga dikuatkannya. Dan ketika beliau tua, beliau masih tetap memikirkan kita anak, tak mau merepotkan kita. Rela berperan sebagai pengasuh anak-anak kita, atau penjaga rumah kita, hanya untuk dekat dgn anaknya. 

  Dan suatu ketika nanti, ketika ibu sudah mengalami banyak kemunduran akan kondisinya. Tak lagi mandi, karena tak sanggup menghadapi dinginnya air, dan beliau jadi bau? Masihkan kita mau menciumnya? Ketika beliau sudah kurang pendengarannya, akankah kita masih bersabar utk menemaninya bicara? Ketika penglihatannya sudah rabun, masih dengan sabar kita menjelaskan satu-satu apa yg beliau tanyakan? 

  Beliau tidak ingin merepotkan, namun beliau juga ingin diperhatikan. Utamakan kebahagiaannya, karena kelak kita juga jadi orang tua yg ingin dilakukan serupa. Utamakan kesenangannya, karena waktu kita semakin sedikit untuknya. Cium tangannya dengan penuh hormat, basuh kakinya tanpa harus menunggu beliau tidak mampu lagi. Sebut namanya dalam doa kita, sebagaimana beliau selalu menyebut nama kita. Dan jadilah harta terbaik setiap orang tua. Yaitu, menjadi anak sholeh yg mendoakannya. AMIN.

-andre raditya-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar